Takut Tambah Dewasa?
Tiap orang punya cerita masa kecil dan masa mudanya masing-masing. Masa kecil saya pun bisa dibilang seru. Karena seperti anak kecil kebanyakan, saya ngabisin banyak waktu dengan bermain. Dari mulai main kelereng, main petak umpet, sampai main karambol. Iya, dulu saya suka banget main karambol. Bahkan sempat menang pas lawan orang yang lebih dewasa.
Selain bermain, masa kecil saya juga bebas dari masalah-masalah besar. Apapun masalahnya, nggak akan berlarut lama-lama. Sehari-dua hari langsung beres masalahnya. Dan masalahnya itu nggak jauh-jauh dari seputar mainan, kemauan yang nggak diturutin, dinakalin temen sepermainan, dsb.
Pokoknya masalahnya itu sepele. Jarang banget anak kecil punya masalah yang besar. Salah satu cara paling ampuh buat beresin masalahnya adalah dengan nangis yang kenceng. Udah.
Nah, pas tumbuh dewasa, saya mulai ngerasa ada yang berbeda. Keseruan yang dirasakan waktu kecil mulai berkurang. Hidup saya jadi lebih serius. Pas dewasa malah jarang banget main. Apalagi main karambol.
Perbedaannya mulai terasa. Kata ‘bermain’ itu seolah nggak relevan lagi sama orang dewasa. Keseruannya udah beda. Padahal, saya sempet mikir kalau yang namanya main nggak mesti diidentikan dengan anak kecil. Orang dewasa pun boleh main. Yang penting permainannya relevan.
Salah satu perbedaan saat jadi dewasa itu dari tingkat masalah yang dialami. Pas udah dewasa, nggak tahu kenapa, masalah itu selalu ada. Dari mulai yang kecil sampai yang gede. Bahkan, masalah yang kecil pun bisa jadi gede.
Ngomong-ngomong, kamu pernah dengerin lagunya Idgitaf yang judulnya … takut? Menurut kamu lagunya gimana?
Iya, lagunya relevan sama anak muda. Karena, salah satu keresahan anak muda yaa … itu. Takut tambah dewasa. Takut kalau masalahnya tambah banyak. Takut kalau tambah dewasa, hidup itu tambah serius. Nggak seseru kehidupan anak kecil.
Saya malah merhatiin lirik lagunya. Liriknya itu langsung ngena sih.
Potongan lirinya begini:
Takut tambah dewasa
Takut aku kecewa
Takut tak seindah yang kukira
Liriknya itu kayak ngegambarin masa dewasa yang susah ditebak. Jadinya, bikin kita khawatir, takutnya nggak seindah apa yang kita harapkan atau apa yang kita impikan. Yang akhirnya bisa bikin kita kecewa.
Menurut saya wajar aja sih kalau kita khawatir. Tapi saya sadar kalau kekhawatiran itu cuma ilusi.
Ketakutan menjadi dewasa harus kita atasi, biar nggak bikin kita takut buat melangkah. Masa depan memang masih misteri, tapi bukan berarti kita pasrah sama apa yang terjadi.
Coba kamu lakukan cara-cara ini biar kamu nggak takut menjadi dewasa.
Buat Rencana + Aksi + Evaluasi
Kita bisa mengalami masalah kalau nggak bikin rencana. Misalnya, rencana kuliah, rencana kerja, rencana menikah, rencana keuangan, dst, Sehingga, dengan rencana yang matang, kita bisa lebih siap menghadapi hal-hal tadi, lebih siap dengan resioko yang akan terjadi.
Kita juga bisa mengalami masalah kalau rencana yang kita buat nggak dijadikan aksi. Karena rencana tanpa aksi itu seperti mendesain rumah tanpa kita membangun rumahnya. Sampai kapanpun kita nggak akan melihat wujud nyata dari rumah itu. Tugas kita adalah menjadikan rencana menjadi wujud nyata. Dengan cara beraksi.
Kita juga bisa tetep mengalami masalah, meskipun udah bikin rencana dan beraksi. Itu bisa jadi karena kurang evaluasi. Karena hasil yang kita evaluasi bisa kita ukur dan nilai. Apakah sesuai harapan atau belum. Kalau belum, berarti kita bisa mencoba cara yang lain. Bukan menghentikan aksinya. Tapi mengganti cara eksekusinya.
Seimbangkan Kerjaan dan Cinta
Yang sering menjadi masalah selanjutnya adalah urusan pekerjaan, uang dan cinta. Masalah ini sering banget kita temui. Banyak orang yang takut kehilangan ini ketika dewasa.
Untuk urusan pekerjaan dan uang:
Ada yang bilang, “Cari pekerjaan yang kamu cintai. Atau coba cintai pekerjaan apapun yang sedang kamu kerjakan.”
“Ketika mengeluarkan uang, dahulukan fungsi sebelum gengsi. Dan alirkan uang sesuai urutan kebutuhan: primer, sekunder dan tersier. Jangan tersier dulu, baru primer.”
Dan untuk urusan cinta saat dewasa:
“Jangan menikah karena udah waktunya atau karena buru-buru. Tapi menikahlah karena dia (orang yang kamu cintai) adalah orang yang tepat.”
Jangan Lupa Bermain
Orang dewasa pun butuh main. Lakukan hal-hal yang seru. Seseru hal yang dilakukan anak kecil. Tambah dewasa bukan berarti tambah ngebosenin. Tapi harus tambah nyenengin. Tetep main. Tetep happy.
Ada beberapa permainan yang bisa dilakukan orang dewasa. Misalnya, main boardgame, main outbond di alam bebas, atau main bola. Permainan itu bukan cuma mengasah otak dan melatih fisik, tapi yang terpenting adalah membangun kekompakan dan kedekatan dengan orang lain.
Bermain bukan cuma menyenangkan, tapi juga menyehatkan. Dengan bermain, kita bisa memproduksi 4 hormon bahagia sekaligus. Hormon dopamine ketika kita merasa terhibur, hormon oxytosin ketika kita membangun kedekatan dengan orang lain selama permainan, hormon endorphin ketika kita berkeringat dan tertawa, dan hormon serotonin ketika kita saling membantu dalam permainan.
Tiap masa punya keseruan dan kesulitan masing-masing. Kita memang nggak bisa kembali ke masa kanak-kanak. Tapi kita masih bisa merasakan nuansanya. Dengan melakukan cara-cara tadi, minimal, kamu nggak ngerasa takut tambah dewasa. Yuk manfaatin masa muda kita sebaik mungkin biar ketakutan itu nggak jadi kenyataan.
Apa sih yang kamu takutin saat jadi dewasa?