Seni Berdagang Ala Rasulullah
Berdagang atau berwirausaha adalah salah satu cara dalam mencari uang. Ada yang menjadikan berdagang ini sebagai sumber penghasilan sampingan, tapi ada juga yang menjadikannya sumber utama. Yaa itu terserah ya. Tergantung pilihan masing-masing.
Awalnya, saya pikir berdagang bukan profesi yang baik. Karena yang tertanam di benak saya waktu dulu, cara yang baik menghasilkan uang adalah dengan bekerja dan mendapat gaji.
Ternyata saya salah.
Ketika mendengar tentang kisah Rasulullah dan para sahabat, saya jadi lebih tertarik berdagang karena rata-rata mereka adalah pedagang. Ya, artinya berdakwah dan berdagang juga. Sebenarnya itu bisa jadi teladan buat kita. Karena Rasul dan sahabat merasakan manfaat yang besar dari berdagang. Bisa dibilang pedagang yang sukses.
Nah, siapa pun bisa jadi pedagang. Tapi nggak setiap orang bisa melakukannya dengan baik. Coba kita belajar dari cara berdagang Rasulullah. Biar dagangan kita laris dan pastinya berkah.
Ada beberapa seni dagang Rasulullah yang bisa kita tiru. Yang pertama, beliau selalu mengutamakan kejujuran. Beliau nggak memaksa pembeli buat yakin kalau barangnya bagus. Beliau justru memberi tahu kualitas dari masing-masing barangnya. Kalau bagus, bilang bagus. Kalau kurang bagus, bilang kurang bagus.
Bahkan, harga dari barangnya bisa ditentukan oleh pembeli. Rasulullah hanya memberi tahu harga aslinya. Lalu, keuntungan yang didapatnya ditentukan oleh pembeli.
Yang kedua, seni berdagang lain yang dipakai oleh Rasul adalah merekomendasikan pembeli buat belanja ke pedagang lain yang kelihatan sepi. Dengan begitu, setiap pedagang yang ada di wilayah dagang Rasulullah bisa mendapat rejeki yang hampir merata. Sama-sama makmur.
Apa bedanya dengan pedagang biasa?
Bedanya, beberapa pedagang belum menerapkan konsep kejujuran dan keinginan buat memakmurkan pedagang lain. Masih ada pedagang yang belum jujur dengan kualitas barang jualannya. Yang akhirnya bikin pembeli kecewa dan nggak balik lagi.
Masih ada juga pedagang yang ingin dagangannya sendiri yang laku. Yang penting dia sukses. Tapi, nggak peduli dengan dagangan orang lain. Artinya, keinginan buat saling memakmurkannya masih kurang.
Nah, gimana kalau kita menerapkan seni berdagang ala Rasulullah tadi?
Kita bisa menerapkan apa yang dilakukan Rasulullah ketika berdagang. Pertama, pastinya jujur sejujur-jujurnya dengan kualitas barang atau jasa kita. Tanpa ada yang ditutup-tutupi. Dan biarkan pembeli menentukan keuntungan yang kita dapat.
Lalu, bekerjasama dan jalin hubungan baik dengan pedagang lain. Budayakan konsep saling memakmurkan.
Kalau kedua hal ini bisa diterapkan, maka kita sebagai pedagang bisa merasa senang, pembeli senang dan pedagang lain pun ikut senang. Karena semuanya makmur.
Nggak usah takut kehilangan rejeki. Cukup jalankan seni berdagang Rasulullah, maka rejekimu akan lancar dan berkah. Akhirnya semuanya makmur.