Morph: Rasakan Kedamaian Pikiran

Yasier Fadilah
2 min readApr 6, 2024

--

Belakangan ini saya jarang senyum. Penyebabnya karena saya selalu nemuin konflik yang ngeganggu pikiran. Ini bukan konflik pribadi, tapi konflik orang lain. Konflik yang ada di dunia maya. Konflik ini, berpengaruh ke kondisi pikiran saya. Jadinya susah buat ngerasain peace of mind atau kedamaian pikiran.

Saya merasa perlu melakukan sesuatu buat nenangin pikiran biar tetep damai. Tapi saya belum tau mau ngapain.

Hmm… mungkin saya perlu unplug dari gadget sejenak.

Lalu, saya kepikiran buat jalan kaki tanpa tujuan. Siapa tau bisa me-refresh badan dan pikiran. Saya juga mau menikmati momen yang selalu terlewatkan. Karena, selama ini lebih sering pake kendaraan, jadinya kurang merhatiin momen-momen di sekitar.

Setelah jalan kaki lumayan jauh, saya merasakan pikiran yang lebih damai. Kebetulan cuaca lagi bagus dan udaranya juga seger. Ini kompoisi yang pas.

Saya pun pulang ke rumah. Berharap rasa damai ini bisa bertahan lama. Pas nyampe rumah, saya nyalain gadget terus buka medsos. Saya scrolling sebentar. Lalu nemuin informasi yang kurang bagus. Lagi-lagi masalah. Lagi-lagi konflik.

Rasa damai perlahan luntur lagi. Gimana sih?

Apakah saya perlu membatasi scrolling di medsos?

Kayaknya perlu dicoba. Saya mau coba scrolling dengan sadar. Jangan sampai scrolling terus-terusan dan konsumsi konten secara random. Lebih baik fokus cari konten yang bergizi buat pikiran.

Ternyata hidup tuh nggak bisa semuanya kita atur ya. Karena kita bukan Tuhan. Saya nyerah deh buat ngatur kondisi hidup yang diluar kendali. Dahlah. Konflik di luar diri memang nggak bisa semuanya diatur semaunya.

Lalu saya teringat seseorang pernah bilang begini, “Kita mesti belajar merasa damai di kondisi apapun. Karena kalau ngerasa damai di kondisi yang damai itu udah biasa. Kalau bisa merasa damai di situasi yang sulit, itu baru luar biasa.”

Mungkin bener sih, kedamaian sejati justru didapat ketika kita mau menghadapi segala kondisi. Damai yang sejati juga nggak terpengaruh oleh konflik dari luar diri.

Mulai detik ini saya akan belajar berdamai dengan segala kondisi. Kuncinya: pengendalian diri dan merespon konflik dengan bijak. Mungkin konflik nggak bisa kita kendalikan, tapi kita bisa mengendalikan respon.

Mau merespon dengan tenang? Atau merespon dengan kesal?

--

--

Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.