Mental Bisnis: Cara Menghadapi Resiko Bisnis

Yasier Fadilah
3 min readJul 21, 2021

--

Photo by Tyler Franta on Unsplash

Selalu ada resiko saat menjalankan bisnis. Seperti resiko rugi atau resiko gagal. Bahkan beberapa orang yang mau mulai bisnis berusaha menghindari ini.

Padahal menjalankan bisnis itu seperti sky diving. Saat sky diving, kita memutuskan terjun, dan kita menghadapi resiko jatuh dari ketinggian. Itu resikonya. Atau kita belajar mengendalikan diri, menyeimbangkan badan dan mengantur waktu untuk membuka parasut.

Resiko melakukan sky diving itu udah jelas. Jatuh dari ketinggian. Tapi kemungkinan selamatnya juga besar.

Di bisnis juga gitu. Ketika kita udah terjun, kita akan menemui resiko. Kejatuhan dan kegagalan. Pilihannya, kita mau belajar mengendalikan diri, atau pasrah dikendalikan situasi.

Bisnis yang baru berjalan pasti menemui resiko. Kita harus siap menghadapinya.

Ngomong-ngomong tentang resiko, di era digital pun tetap ada resiko. Meskipun kita bisa memulai bisnis dengan mudah. Ada yang bilang, di era modern ini, apa yang bisa dibayangkan bisa dibangun.

Permasalahannya adalah, kita berlomba melakukan inovasi. Karena era digital adalah masanya inovasi dan kreativitas.

Saya memulai menjadi content creator pun bukan berarti tanpa ada resiko. Banyak content creator yang lebih senior dan lebih jago dari saya. Tapi satu yang terus saya pertahankan, yaitu mental.

Ada beberapa resiko yang sering dihadapi. Ada resiko rugi dan resiko gulung tikar. Rugi itu ketika modal yang kita keluarkan gak sebanding dengan hasil penjualan. Kalau gulung tikar, berarti udah gak ada lagi modal yang bisa dipakai, alias bangkrut.

Kalau mau berbisnis, kita harus siap dengan dua kemunginan itu.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi resiko itu adalah dengan memiliki perhitungan yang jelas dengan usahanya. Karena bisnis itu bukan cuma tentang jualan. Tapi juga tentang pencatatan keuangan.

Kalau catatan keuangannya sehat, gambaran usahanya pun jelas.

Misalnya, ada sepuluh produk yang terjual di bulan ini. Kita bisa menghitung omzet dan profitnya secara tertulis. Dengan menulisnya, kita jadi tahu berapa yang masuk dan berapa yang keluar.

Kalau di pelajaran akuntansi, catatan keuangannya harus balance.

Meskipun kita udah mencatat keuangannya, kita tetep punya resiko rugi. Tapi gapapa. Pasti ada manfaatnya. Kadang harus melewati beberapa percobaan dulu.

Lagi-lagi tentang mental.

Kita mesti menyiapkan mental, sebelum memulai, saat memulai, dan ketika mengalami kerugian. Kalau mental kita siap, kita pun siap untuk berjuang di belantara bisnis.

Berarti, tugas pertama kita buat jadi pebisnis atau pengusaha adalah menguatkan mental. Melatih otot mental, sampai benar-benar kuat.

“Jadi pengusaha itu engga perlu modal tapi mental.” — Rangga Umara, Pengusaha

Nah, yang pertama kita siapin sebenarnya bukan modal. Tapi mentalnya dulu. Kalau mentalnya udah siap, baru siapkan modal. Jangan takut kehilangan modal. Takutlah kalau kehilangan mental. Apalagi kalau sampai menyerah dan gak mencoba lagi.

Ada dua cara mudah untuk menguatkan mental berbisnis.

  1. Memulai dari yang kecil dulu.
  2. Mengganti desain produk atau cara pemasarannya.

Kalau kita bisa mengatasi resiko yang kecil, lama kelamaan kita akan sanggup menghadapi resiko yang lebih besar. Lalu kalau mengalami kerugian, kamu harus mengganti caranya, bukan mengganti keseluruhan produknya.

Intinya, terus kuatkan mental, catat keuangan bisnisnya, hadapi resiko yang kecil dulu dan lakukan perbaikan terus menerus.

Jadi … apa yang akan kamu lakukan buat menghadapi resiko bisnis?

--

--

Yasier Fadilah
Yasier Fadilah

Written by Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.

No responses yet