Menguatkan Pondasi

Yasier Fadilah
3 min readNov 19, 2018

--

Photo by Kyle Ellefson on Unsplash

“Kek, kenapa pohon bambu kuat sekali? Ketika diterpa angin kencang ia hanya mengayun kesana-kemari, tapi tidak roboh,” tanya seorang cucu yang cerdas tapi lugu

“Ya, meskipun tubuhnya panjang dan mudah digoyangkan oleh angin, tapi ia sulit tumbang,” jawab si kakek sambil mengusap rambut sang cucu

“Kok bisa kek?” tanya sang cucu makin penasaran

“Biasanya kita cuma lihat batangnya yang tampak di luar. Padahal di dalam tanah, ada akarnya yang mencengkeram kuat, Cu.”

“Maksudnya gimana kek?”

“Iya, akar itu adalah pondasinya untuk menahan pukulan dan terjangan angin. Karena ketika baru tumbuh, pohon bambu tidak langsung menjulang tinggi. Ia lebih dulu menumbuhkan dan menguatkan akar-akarnya.”

Sang cucu hanya menganggukan kepalanya, pertanda mengerti.

Nah, bukankah kita juga bisa, menguatkan ‘pondasi’ agar bisa bertahan ketika mengejar mimpi atau cita-cita?

Izinkan saya sedikit berbagi cerita dan pengalaman …

Saya punya kawan yang memiliki banyak mimpi. Salah satu mimpinya adalah ingin membahagiakan keluarganya. Mimpi-mimpinya sebanding dengan semangatnya. Niat mulia selalu terpatri dalam dirinya. Ketika bertemu, saya selalu melihat semangat yang berkobar yang tampak dari sorot matanya. Semangat juang yang jarang ditemui.

Baginya, keluarga adalah bagian penting dalam hidup. Meskipun sekarang tinggal berjauhan, ia selalu menyempatkan diri menghubungi keluarganya. Bahkan ia selalu meminta saran dari orang tua ketika dihadapkan dengan masalah atau pilihan yang sulit.

Salah satunya ketika ia mengambil kuliah S2. Itu adalah mimpi, sekaligus pilihan yang sulit baginya. Sedikit dilematis. Tapi ia yakin bahwa dirinya bisa, karena mimpinya pun dibalut oleh doa tulus dari kedua orang tuanya.

Karena ketika orang tua bersimpuh di atas sajadah, lalu tiap ucap doa untuk anaknya akan tembus ke langit.

Ketika niat kita mulia, maka Sang Pencipta akan memudahkan jalannya.

Niat adalah salah satu pondasi yang sangat penting. Niat bisa membuat seseorang melakukan sesuatu yang hebat. Tapi niat juga bisa membuat seseorang melakukan sesuatu yang nekat. Tergantung pilihan kita sendiri.

Tapi, niat aja belum cukup.

Ada tindakan yang harus dibarengi dengan sabar. Mungkin pernah ada yang bilang, “Sabar aja, bro.”

Ngomong sih gampang. Iya.

Tapi … itu memang obatnya, bro.

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.”

Q.S Al-Baqarah [2] :153

Beberapa tahun yang lalu, saya tumbuh sebagai remaja yang tak ingin dikekang. Melakukan apa pun yang disukai, selagi menyenangkan tanpa merencanakan. Saat itu, saya belum memikirkan masa depan dengan serius.

Time flies. Tiba-tiba kelas 12. Ketika teman yang lain menggebu ingin jadi ini dan itu. Saya hanya mengiba, karena kehilangan tujuan. Sekelebat, bayangan prestasi di masa lalu berusaha menghibur diri. Sayangnya kondisi sudah berubah. Masa lalu telah meranggas.

“Pikirkan masa depanmu, sier,” pekik saya dalam hati

Hanya ada dua pilihan saat itu: menerima keterpurukan atau menyusun kembali serpihan harapan yang tersisa.

Alhasil, saya tersadar. Bahwa segala sesuatu harus direncanakan. Then, I started a new journey.

Kesabaran yang panjang telah menemukan titik terangnya. Alhamdulillah.

Yakinlah bahwa Tuhan selalu mengabulkan doa kita. Mungkin tidak sama persis dengan apa yang kita minta. Karena Dia lebih tahu apa yang terbaik buat kita. Ikhlaskan saja hasilnya.

Dan lakukan sesuatu hanya karena-Nya. Jadikan niat yang mulia sebagai pondasi, yang ditopang oleh sabar dan ikhlas.

“When the roots are deep there’s no reason to fear the wind.” Chinese proverb

--

--

Yasier Fadilah
Yasier Fadilah

Written by Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.

No responses yet