Kapan Mau Mulai?

Yasier Fadilah
2 min readJan 31, 2020

--

Photo by Adam Dore on Unsplash

Beberapa hari lalu saya melihat seorang kakek yang sedang membaca ayat suci Al-Qur’an dengan tenangnya. Matanya menatap dengan dalam setiap ayat yang dieja. Suaranya tedengar lembut dan sedikit bergetar.

Tiba-tiba beliau mengingatkan saya pada satu hal yang penting. Tentang usia yang dihabiskan selama ini. Usia beliau memang nggak muda lagi, tapi semangatnya membaca membuat saya ngiri. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan di kepala,

“Apa yang udah saya lakukan selama ini?”

“Apakah semua rencana udah saya mulai? Atau hanya berujung wacana?”

“Apakah harus nunggu tua dulu, baru berbuat yang terbaik buat diri sendiri dan orang lain?”

“Kenapa masih sering nunggu, ya? Kenapa ngga mulai sekarang aja?”

Jawabannya memang nggak mudah. Kadang berhenti di titik: saya mau mulai buat jadi lebih baik, tapi nanti aja deh.

Karena selalu ada ngehambat tindakan kita. Dari hambatan internal atau pun eksternal. Hambatan internal yang sering muncul, biasanya karena kita terlalu senang dengan hidup yang sekarang, yang nyaman tanpa tantangan. Seperti ilusi kenyamanan. Padahal kita tahu kalau waktu terus berputar dan usia terus berkurang. Ada yang senang memilih berleha-leha, bermalasan, banyakin rebahan. Ada yang susah payah berjuang buat masa depan dan keluarganya.

Lalu hambatan eksternal pun banyak, dari mulai orang-orang dekat yang kurang supportif, kerjaan yang segunung, atau tekanan dari sana-sini, yang pada akhirnya membuat kita stuck, dorman, nggak kemana-mana. Hasilnya ya gitu-gitu terus. Bingung. Jadinya minim perubahan.

Saya pernah mengalami susahnya bangun rutinitas yang lebih produktif. Seperti lari pagi, baca buku, nulis, dan aktifitas produktif lainnya. Rasanya berat. Mulai lari 1 km aja susah. Mulai baca satu halaman aja males. Apalagi mulai nulis, rasanya susah buat nuangin kata-kata 1 paragraf aja. Selalu ada tarikan buat ngulur-ngulus waktu, buat santai aja daripada susah-susah lakuin kegiatan itu. Saya terjebak dalam lingkaran procrastination. Alias kebanyakan nunda.

Akhirnya, saya berusaha lebih positif melihat hasil. Mungkin belum bisa lebih baik dari orang lain. Tapi saya pasti bisa lebih baik dari diri saya yang sebelumnya. Mungkin lebih bijak. Mungkin lebih sehat. Mungkin lebih banyak bersyukur. Dan saya pasang mindset seperti ini,

“Minimal bisa lebih baik 1% setiap harinya.”

Satu persen itu terdengar sangat kecil. Tapi setelah dilakukan terus menerus, efeknya akan seperti bola salju, yang bergulung jauh, terus berputar dan membesar.

Mungkin kamu mau mulai hidup sehat, mulai lebih produktif, mulai belajar skill baru, mulai jalanin bisnis, dsb.

Percayalah, apa yang kita mulai dan lakukan secara konsisten, dengan peningkatan kecil sekali pun, akan berbuah manis pada akhirnya.

Dan bagi saya hambatan itu bukan lawan, tapi kawan yang belum akrab.

Jadi, kapan mau mulai?

--

--

Yasier Fadilah
Yasier Fadilah

Written by Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.

No responses yet