Jalan Pintas atau Jalan Pintar?

Yasier Fadilah
4 min readMay 8, 2020

--

Photo by Vladislav Babienko on Unsplash

Apa yang kamu lakukan saat kebuntuan dan deadline terjadi berbarengan?

Kebuntuan, stuck, writer’s block, pikiran mandek, dan sejenisnya. Hal-hal itu sering dijumpai, terutama pada mereka yang kegiatannya berhubungan dengan karya atau mereka yang harus mengandalkan kreatifitas dan daya berpikir. Kadang, mereka mengalami kebuntuan ini, seperti mengalami shut down mendadak.

Hal ini itu bisa terjadi kapan saja. Bahkan ada juga yang mengalaminya berkali-kali. Mungkin, kamu juga pernah merasakannya.

Saya coba analogikan dengan sesuatu yang nggak berhubungan dengan kreatifitas. Seperti cedera. Seorang olahragawan biasanya nggak mau terkena cedera. Mereka berusaha tampil aman saat latihan dan pertandingan, tapi tetap saja kemungkinan cedera tetap ada. Hal itu nggak bisa dihindari. Tapi, biasanya disebabkan karena kurang pemanasan atau karena kelelahan.

Nah, kondisi cedera ini persis seperti kondisi saat pikiran buntu. Ketika pikiran susah menuliskan kata atau mengeluarkan ide. Awalnya ide-ide seperti menumpuk di kepala, menari-menari, dan berlari-larian di kepala. Tapi tiba-tiba kebuntuan datang. Writer’s block. Mau nulis pun susah. Seperti otot, pikiran pun bisa lelah.

Kebetulan beberapa waktu lalu saya mengalami keduanya: cedera lutut dan writer’s block.

Cedera lutut ini dirasakan setelah jogging. Padahal saya sudah berusaha lari dengan aman. Pergerakan lari pun masih terkontrol. Bisa jadi karena dua hal tadi, pemanasan yang kurang maksimal atau kelelahan.

Sepulang lari, seperti biasa saya langsung melepas sepatu, pendinginan, lalu duduk sebentar, biar otot kakinya nggak kaku. Beberapa menit kemudian, belum ada gejala apa-apa. Kondisinya masih normal.

Lalu, saya coba berdiri. Sreeet! Otot di bagian lutut sedikit menegang, dan rasanya ngilu. Saya coba tekuk lutut lagi. Dan ngilu lagi.

Ah, ternyata cedera. Tapi untungnya nggak parah. Mungkin memang harus istirahat dulu beberapa hari. Saya obati dengan krim otot dan membiarkan otot-otot itu menyembuh dengan sendirinya.

Nah, kalau writer’s block, sebenarnya saya udah sering mengalami. Tapi rasanya emang nggak enak kalau pas lagi ada deadline tulisan, tiba-tiba idenya mandek nggak mau keluar. Nulis pun jadi terbata-bata. Nggak tahu harus nulis apa. Cuma bisa lihat kursor yang berkedip-kedip.

Terus apa yang saya lakukan?

Saya coba mengambil jalan pintar bukan jalan pintas. Meskipun jalan pintas itu bisa mempercepat. Mungkin saya bisa minta tolong orang lain buat ngerjain tulisan saya. Tapi, itu nggak akan bikin saya berkembang. Nggak bikin saya belajar.

Saat cedera saya mengambil jalan pintar dengan istirahat sebentar. Saat writer’s block, saya memilih jalan pintar dengan mengambil jeda dari tulisan-tulisan itu. Menyegarkan pikiran dengan hal-hal lain. Atau berusaha membuat pikiran saya rileks dan tenang.

Saya tinggalkan draft tulisan beberapa jam, atau bahkan beberapa hari. Yang penting tulisan atau pekerjaan itu masih dalam kendali. Saya biarkan pikiran ini menemukan idenya sendiri. Mengusahakan pikiran untuk berada pada kondisi gelombang otak alfa.

Sama seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya tentang cara berbahagia. Saya sedikit membahas tentang pengaruh gelombang otak alfa pada kebahagiaan. Kalau mau, kamu bisa membacanya melalui link di bawah yah.

Oke, kondisi gelombang otak alfa pun cocok sekali untuk belajar dan mencari ide. Mungkin kamu pernah tiba-tiba dapat insight setelah sholat? atau tiba-tiba dapat ide saat mandi?

Nah, beribadah adalah aktifitas yang bisa membuat pikiran kita lebih rileks, tenang dan membuka jalan datangnya ide atau insight. Apalagi jika ibadahnya khusyuk.

Kadang ide itu bisa datang tanpa disengaja. Pikiran hanya butuh tenang sejenak. Setuju?

Bukankah lebih baik ambil jeda dan beristirahat sejenak dari tugas dan pekerjaan, daripada terlalu memeras otak untuk berpikir keras?

Kamu harus menenangkan pikiran dulu. Cari ketenangan. Cari suasana baru. Jangan memeras otak terlalu keras. Karena ia pun butuh istirahat. Butuh penyembuhan singkat.

Setelah pikiran tenang, kembalilah ke pekerjaan. Ambil peralatan kerjamu. Berdoa. Tarik napas dalam-dalam. Lalu kerjakan tugas itu dengan santai dan tanpa beban. Biarkan ide-ide berkeliaran di pikiranmu.

Seperti saklar, kadang kita harus switch on pikiran tapi kadang harus switch off pikiran sebentar.

“Ketenangan hati itu berawal dari prasangka baik.” — Ummu Alzena

Selain mengambil jeda dengan beribadah, atau kegiatan lain yang menenangkan, kita juga bisa berprasangka baik. Prasangka baik pun bisa menjadi penenang hati dan pikiran. Pada akhirnya tugas kita bisa lebih mudah terselesaikan.

Photo by Husna Miskandar on Unsplash

Itu cara yang saya lakukan. Atau, mungkin kamu punya cara yang lain?

Semoga deadline pekerjaan kita bisa selesai dengan cepat dan tepat dengan memilih jalan pintar.

Good luck!

--

--

Yasier Fadilah
Yasier Fadilah

Written by Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.

No responses yet