Filosofi Lomba Kemerdekaan

Yasier Fadilah
3 min readAug 21, 2021

--

Photo by Florian Schmetz on Unsplash

Kamu pasti tahu kalau setiap bulan agustus selalu ada lomba-lomba yang menghibur. Dari mulai anak-anak sampai orang tua, semua berkumpul, berpartisipasi. Seolah-olah itu adalah momen perayaan kemerdekaan yang belum habis dari tahun 1945.

Tapi, kali ini, lomba itu nggak semeriah dulu. Sekarang kita agak susah buat kumpul-kumpul. Yaa, demi kesehatan dan keselamatan kita bersama. Mungkin nggak sih kalau lombanya beralih jadi lomba agustusan online?

Lomba-lomba yang diadakan setiap tahun selalu sama. Paling beda sedikit-sedikit.

Di tulisan kali ini, saya mau berbagi tentang beberapa filosofi lomba versi saya sendiri. Karena, buat saya, lomba-lomba itu punya filosofinya masing-masing.

PANJAT PINANG

Photo from kumparan.com

Panjat pinang kental banget dengan momen kemerdekaan. Lomba ini bener-bener menguras tenaga. Kamu pasti bisa tahu gimana rasanya jadi pemanjat pinang.

Atau kamu udah pernah ngerasain sendiri?

Filosofi panjat pinang itu adalah tentang satu tujuan yang diperjuangkan bersama. Akan beda hasilnya ketika didapatkan sendirian. Karena panjat pinang nggak bisa dilakukan sendirian juga. Kecuali dia benar-benar ahli manjat. Tapi, rasanya pasti beda.

TARIK TAMBANG

Photo from suara.com

Yang kedua adalah tarik tambang. Saya pribadi pernah ngalamin lomba tarik tambang. Rasanya cukup unik sih, karena kita mengeluarkan tenaga yang kuat ke arah belakang. Menarik tambang ke belakang. Artinya, yang menang adalah yang mundur lebih jauh.

Filosofi tarik tambang itu adalah tentang kemenangan yang nggak selalu didapatkan oleh mereka yang terus maju. Kadang kita harus menarik mundur badan kita ke belakang untuk merenung dan memikirkan solusi yang lebih baik. Kita bisa menang melawan kondisi yang buruk, meskipun sempat mengalami kemunduran.

BALAP KARUNG

Photo from suara.com

Balap karung juga nggak kalah seru. Karena kita harus balapan sambil lompat-lompat dengan setengah badan kita di dalam karung. Sering juga yang sampai jatuh-jatuh. Karena emang susah ya. Kecuali udah tahu triknya.

Filosofi balap karung adalah tentang berjuang mengalahkan keterbatasan. Meskipun ruang gerak kita dibatasi, tapi kita nggak boleh diam dan menyerah. Kita tetap bisa berjuang dalam keterbatasan.

Coba kita terapkan di kehidupan saat ini. Kita bisa menerapkan filosofi lomba-lomba yang saya bahas tadi. Kita bisa berjuang bersama menuju tujuan yang sama, yaitu kesehatan dan keselamatan. Keadaan memaksa kita untuk menarik mundur diri kita dari kerumunan. Tapi gunakanlah waktu itu untuk berpikir mencari solusi. Setelah itu, bergeraklah semampunya. Berjuang melawan ruang gerak yang terbatas. Dengan cara-cara yang baik.

Kita pasti kangen dengan momen-momen kemerdekaan seperti dulu. Tapi nggak usah sedih. Sepertinya, ini isyarat kalau kita harus melanjutkan perjuangan para pahlawan terdahulu. Bukan lagi senang-senang dengan momen perlombaan. Kita justru harus sadar dengan kondisi yang sedang kita hadapi.

Apakah kita udah benar-benar merdeka?

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” — Ir. Soekarno

Mari berjuang untuk meraih kemerdekaan yang paripurna. Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh.

--

--

Yasier Fadilah
Yasier Fadilah

Written by Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.

No responses yet