Bagaimana Mencapai Aktualisasi Diri

Yasier Fadilah
3 min readAug 24, 2019

--

Kalau kamu punya kebutuhan hidup, berarti kamu sama seperti saya dan kebanyakan orang lainnya.

Dalam hidup, kita pasti punya kebutuhan yang terus bertambah. Ini wajar sih. Tanpa kebutuhan, kita nggak akan bergerak kemana-mana. Nah, ada yang masih ingat tentang Maslow’s Hierarchy of Needs atau hierarki kebutuhan?
Menurut Maslow, kebutuhan kita terbagi dalam beberapa tingkatan. Kita melewatinya secara bertahap sampai tingkat teratas yaitu aktualisasi diri.

Berikut ini tingkatannya, dimulai dari yang paling bawah:
- Fisiologi: Makan, minum, tempat tinggal.
- Rasa Aman: Merasa terlindungi.
- Sosial: Mendapat atau memberi cinta dan hubungan yang baik dengan orang lain.
- Penghargaan: Merasa dihargai dan percaya diri
- Aktualisasi Diri: Merasa hidup kita harus berarti dan bermanfaat.

Oke, yang ingin saya bahas sekarang adalah aktualisasi diri atau Self Actualization. Ini bagian kebutuhan yang jarang terpenuhi. Karena kebutuhan ini erat kaitannya dengan kepuasan batin.

Kepuasan batin itu seperti meminum segelas air sampai habis saat kondisi kehausan. Rasanya lega. Haus pun reda. Manfaat dapat, dehidrasi pun teratasi. Tapi beda ceritanya ketika kita cuma minum setengah gelas, sementara kita sedang haus banget.

Seperti yang diterangkan oleh Maslow bahwa Self actualization ini kebutuhan teratas atau puncak. Maka untuk mendapatkannya pun harus terpenuhi dulu beberapa needs di bawahnya yang saya sebutkan tadi.

Saya punya saudara yang kuliah di jurusan kesehatan. Sekarang dia sudah lulus dan menikah. Biasanya, seseorang akan senang bekerja di bidang yang sesuai dengan jurusan kuliah, biasanya. Namun yang terjadi malah dia nggak tertarik kerja di bidang yang sesuai dengan jurusan kuliahnya itu, ia lebih senang kerja di bidang yang ada unsur seninya. Alasannya, jurusan itu bukan murni pilihannya, tapi hanya keinginan orang tuanya. Kedua bidang itu bertolak belakang. Akhirnya ia tetap kerja di bidang yang lebih disukai, bidang yang memberinya kepuasan batin, bidang yang mengatasi ‘dehidrasinya’ yaitu seni. Karena ia bisa lebih mengaktualisasikan dirinya di bidang itu. Ia melakukannya dengan tulus.

Apakah kamu punya pengalaman yang sama? Atau mirip-mirip dengan itu?

Tenang.

Kamu masih bisa mengendalikan arah laju kapalmu. Samudera kehidupan kita masih luas untuk dijelajahi. Kita masih bisa berputar balik, atau mencari jalan lain yang lebih pas. Jangan biarkan kapalmu terombang-ambing tanpa tujuan yang pasti. Saya pribadi yakin bahwa setiap orang akan sampai pada tahap dimana ia ingin terpenuhi kepuasan batinnya, baik disadari atau nggak.

Buat kamu yang sudah bekerja, mungkin pernah ngerasa terpaksa karena pekerjaan yang terlalu banyak atau membosankan. Bertahanlah. Atau … berpindahlah, jika memang kerjaan itu kurang cocok denganmu. Atau bertolak belakang dengan keyakinan dan kepuasan batin yang ingin didapatkan. Tentu, kepuasan batin itu nggak harus menyangkut penghasilan. Karena yang penghasilannya banyak belum tentu bahagia dan yang penghasilannya sedikit belum tentu sengsara.

Pernah lihat relawan bencana?

Banyak relawan yang melakukannya tanpa imbalan. Mereka menolong orang karena kebermanfaatan, panggilan hidup atau juga kepuasan batin. Toh Allah tetap memberi mereka rejeki. Lakukan saja dengan cinta, atau temukan pekerjaan yang kau cintai.

Ust. Felix Siaw pernah bilang, “Rejeki itu bukan hitungan manusia. Tapi hitungan Allah SWT.”

Kadang kita harus mengorbankan sesuatu yang sebenarnya nggak kita butuhkan. Lalu mengejar apa yang benar-benar kita butuhkan. Ketika kita sampai pada kebutuhan aktualisasi diri, maka hidup akan terasa lebih ringan dan mantap.

--

--

Yasier Fadilah
Yasier Fadilah

Written by Yasier Fadilah

I write about personal growth, business and productivity. You can also find me on IG @yasierfadilah. Thank you for reading.

No responses yet